Review Film Laskar Pelangi - Andrea Hirata

Daftar Isi [Tutup]
    Review Film Laskar Pelangi

    Latar

    Laskar pelangi adalah cerita yang menggambarkan tentang pendidikan yang ada di Indonesia. Dan untuk mengenang sebuah persahabatan 10 orang anak yang berada di desa Gantung. 

    Film ini menceritakan kisah masa kecil anak-anak kampung yang sangat miskin. Ternyata kedua guru yang bernama Pak Harfan dan Bu Mus itu sangat pintar dan memiliki keahlian dalam mengajar, sehingga dapat menghasilkan anak didik yang sangat pintar dan bisa menumbuhkan bakat pada masing-masing murid tersebut.

    Tokoh-tokoh pemeran dari film laskar pelangi antara lain adalah Lintang, Ikal, flo, A Ling, Kucai, Mahar, Sahara, A Kiong, Trapani, Pak Harfan, Pak Mahmud, Bu Muslimah, Harun,dan A Miauw.

    Lintang adalah pemeran utama dalam film tersebut. Dia juga murid pertama di SD Muhammadiyah Gantung yang ada di Desa Belitung. Ibunya sudah meninggal, bapaknya menjadi pelayan, ia adalah kakak tertua dari tiga bersaudara. Cita-citanya menjadi ahli matematika, dan sangat jenius di semua mata pelajaran terutama matematika.

    Sedikit Kisah

    Lintang dan teman-teman nya diberi julukan oleh Bu Mus dengan sebutan “laskar pelangi” yang berarti Bu Mus dan kesepuluh muridnya. “laskar” memiliki arti patriotik dan pengertian pejuang. 

    Ikal juga adalah sahabat Lintang memiliki watak komitmen/teguh pada pendirian, keingintahuan, sabar, jujur, tekun, sportif, kestabilan emosi, dan religius. 

    Pak Harfan dan Bu Muslimah adalah pengajar di sekolah Muhammadiyah gantung, dan sekolah tersebut tetap bertahan dengan kesepuluh murid tersebut. Selang beberapa tahun kemudian ketika anak-anak tersebut sudah kelas 5, Pak Harfan diceritakan meninggal dunia. Dengan kejadian tersebut bukan penghalang agar SD Muhammadiyah ditutup.

    Bu Mus tetap melanjutkan mengajar anak-anak tersebut seorang diri. Lintang dan teman-temannya tetap semangat dan gigih dalam meraih cita-cita mereka tersebut. Walaupun Bu Mus sempat menyerah, ia mengingat pesan dari Pak Harfan, “Sekolah Muhammadiyah ini tidak akan ditutup, karena ini adalah salah satu sekolah yang ada di Desa Gantung, pendidikan untuk mewujudkan impian anak-anak.”

    Baca Juga : Motivasi dan Inspirasi Menjadi Blogger

    Setelah mengingat kata-kata tersebut Bu Mus akan tetap melanjutkan kegiatan belajar-mengajar di sekolah Muhammadiyah tersebut. Sekolah Gantong ini memang tidak terlalu populer, namun di sekolah ini banyak anak-anak yang mau meraih dan menggapai impian mereka dengan sungguh-sungguh. Sekolah ini pernah memenangkan lomba cerdas cermat yang di raih oleh Lintang dan lomba tarian yang dipimpin oleh Mahar.

    Namun sayang, setelah Lintang memenang kan lomba cerdas cermat atas nama Sekolah Muhammadiyah tersebut, ayah Lintang meninggal dunia saat mencari nafkah di laut. Karena memang itu menjadi resiko seorang nelayan. Oleh karena itu Lintang si jenius dan ahli matematika tersebut memutuskan untuk berhenti sekolah. Dan sempat mengirimkan surat perpisahan kepada teman-temannya, Lintang pun sempat datang ke sekolah untuk menjumpai teman-temannya tuk terakhir kalinya.

    Di saat itulah teman-teman Lintang sangat bersedih hati karena Lintang murid pertama dan juga murid pertama yang meninggalkan sekolah tersebut demi mencari nafkah untuk adik-adiknya karena dia adalah kakak tertua dan menjadi tulang punggung keluarga. tetapi Lintang sendiri tidak menyerah, ia tetap mencari ilmu hingga ilmu yang ia pelajari menular kepada anaknya.

    Setelah sekian tahun lamanya, Ikal sahabat Lintang datang ke Kota Belitung untuk menemui Lintang dan teman-teman, untuk berterima kasih atas semuanya terutama kepada Lintang. Karena berkat Lintanglah Ikal semakin termotivasi akan perkataan yang Lintang lontarkan kepada dirinya.

    Ikal bercerita ke Lintang bahwa ia mendapatkan beasiswa ke Kota Paris. Dulu Ikal dan Lintang saat masih SD pernah membahas kota Paris dimana sebuah gadis yang bernama A ling ini memberikan sebuah kotak kaleng yang terdapat sebuah gambar Menara Eiffel.

    Ikal pun bertanya kepada Lintang,“kota apa ini?” Dan Lintangpun menjawab, “Ini adalah Paris, dimana terdapat orang yang berpendidikan, ada orang yang pintar mengembangkan teknologi membuat ini, dan sebagainya.

    Ikal termenung dan membayangkan jika dia bisa ke Kota Paris bagaimana ya?. Alhasil berkat ketekunan dalam belajar dan giat meraih cita-cita ia pun bisa berkuliah dan mengambil jurusan yang ia mau di Kota Paris. Lintang sendiri pun bangga terhadap sahabatnya Ikal. 

    Pesan Moral

    kemiskinan dan kekurangan dalam perekonomian keluarga bukanlah penghalang untuk meraih cita cita ataupun menuntut ilmu, dan jangan mudah menyerah dalam suatu keadaan. Tetaplah tersenyum walaupun kita sedang mengalami masalah.   


    Tinggalkan Komentar